Menyatukan puluhan ribu dokter dengan latar belakang pendidikan, spesialisasi, dan pandangan yang beragam dalam satu wadah organisasi bukanlah tugas yang sederhana. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah membuktikan diri mampu melakukannya selama puluhan tahun, menjaga soliditas dan relevansinya sebagai organisasi profesi terbesar di tanah air. Lantas, apa saja “seni” berorganisasi yang diterapkan IDI sehingga mampu merangkul begitu banyak anggota tanpa retak yang berarti?
Salah satu kunci utama adalah prinsip kolektivitas dan musyawarah mufakat. IDI senantiasa mengedepankan pengambilan keputusan melalui forum-forum yang melibatkan perwakilan dari berbagai tingkatan dan wilayah. Rapat kerja nasional (Rakernas), muktamar, dan pertemuan-pertemuan lainnya menjadi ajang untuk berdiskusi, menyampaikan aspirasi, dan mencari solusi bersama. Proses ini memastikan bahwa setiap suara anggota didengar dan keputusan yang diambil mencerminkan kepentingan bersama.
Struktur organisasi yang kuat dan terdesentralisasi juga menjadi pilar penting. IDI memiliki jaringan yang luas, mulai dari tingkat pusat hingga cabang di berbagai kabupaten/kota. Struktur ini memungkinkan organisasi untuk mengakomodasi kebutuhan dan karakteristik unik dari setiap wilayah, sekaligus memastikan koordinasi yang efektif dalam menjalankan program dan kebijakan nasional. Otonomi yang diberikan kepada tingkat cabang juga menumbuhkan rasa kepemilikan dan partisipasi aktif dari anggota di seluruh Indonesia.
IDI juga memiliki mekanisme resolusi konflik yang efektif. Perbedaan pendapat dan potensi gesekan adalah hal yang wajar dalam organisasi sebesar IDI. Namun, IDI memiliki mekanisme internal untuk menyelesaikan perselisihan secara konstruktif, mengedepankan dialog dan mediasi. Keberadaan majelis kehormatan etik kedokteran (MKEK) juga menjadi benteng penjaga etika profesi dan penyelesaian sengketa yang melibatkan anggota.
Fokus pada kepentingan anggota dan masyarakat menjadi perekat yang kuat. IDI tidak hanya berfungsi sebagai wadah bagi dokter, tetapi juga sebagai organisasi yang peduli terhadap kualitas pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Program-program IDI yang berorientasi pada peningkatan kompetensi dokter, advokasi kebijakan kesehatan yang berpihak pada rakyat, dan respons terhadap isu-isu kesehatan nasional memperkuat citra IDI sebagai organisasi yang relevan dan bermanfaat bagi semua pihak.
Kepemimpinan yang visioner dan inklusif juga memainkan peran krusial. Pemimpin-pemimpin IDI dari berbagai generasi telah berhasil menjaga arah organisasi, mengakomodasi perubahan zaman, dan merangkul keberagaman anggota. Kemampuan untuk mendengarkan, berkomunikasi secara efektif, dan membangun konsensus menjadi kualitas penting dalam kepemimpinan IDI.
Semangat korps dan identitas profesi yang kuat menjadi perekat emosional bagi anggota IDI. Rasa bangga menjadi dokter dan menjadi bagian dari organisasi profesi yang terhormat menumbuhkan solidaritas dan kebersamaan. Kegiatan-kegiatan ilmiah, sosial, dan budaya yang diadakan IDI juga mempererat tali persaudaraan antar anggota.
Tak kalah penting adalah kemampuan IDI untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Di era digital ini, IDI memanfaatkan teknologi untuk mempermudah komunikasi, koordinasi, dan penyebaran informasi kepada anggota. Platform digital juga digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran jarak jauh dan interaksi antar dokter di seluruh Indonesia. Seni berorganisasi ala IDI terletak pada kemampuannya untuk menyeimbangkan antara prinsip-prinsip demokrasi, struktur yang kuat, fokus pada kepentingan bersama, kepemimpinan yang efektif, dan semangat korps yang tinggi. Dengan terus memelihara nilai-nilai ini, IDI mampu menjaga persatuan dan soliditas puluhan ribu dokter di seluruh Indonesia, menjadikannya organisasi profesi yang disegani dan berkontribusi signifikan bagi kesehatan bangsa.