Uncategorized

Dokter Influencer vs Dokter Profesional: Refleksi IDI di Era Media Sosial

Lahirnya media sosial telah mengubah lanskap komunikasi, tak terkecuali di dunia kesehatan. Fenomena dokter influencer, dengan jangkauan audiens yang luas, menawarkan potensi edukasi kesehatan yang besar. Namun, di sisi lain, hal ini juga memunculkan pertanyaan tentang profesionalisme, etika, dan validitas informasi yang disampaikan.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai garda terdepan organisasi profesi kedokteran perlu merefleksikan posisinya di tengah dinamika ini. Kehadiran dokter influencer bisa menjadi pedang bermata dua. Informasi kesehatan yang akurat dan menarik dapat menjangkau masyarakat luas, meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan dan pengobatan. Namun, potensi disinformasi, komersialisasi praktik, hingga pelanggaran etika profesi juga mengintai.

IDI memiliki peran krusial dalam membedakan antara dokter profesional yang memanfaatkan media sosial secara bertanggung jawab dengan pihak-pihak yang lebih berorientasi pada popularitas dan keuntungan semata. Standar etika profesi dokter, termasuk batasan dalam promosi dan penyampaian informasi medis, harus tetap menjadi panduan utama, baik di dunia nyata maupun di ranah digital.

IDI dapat mengambil langkah strategis seperti:

  • Mengembangkan panduan etika bermedia sosial bagi dokter: Panduan ini akan membantu dokter memahami batasan dan tanggung jawab mereka saat berinteraksi dengan publik secara daring.
  • Meningkatkan literasi digital bagi dokter: Pelatihan dan edukasi mengenai pemanfaatan media sosial secara profesional dan etis perlu digalakkan.
  • Berkolaborasi dengan platform media sosial: Kerja sama dengan platform dapat membantu memverifikasi akun dokter dan memberantas penyebaran informasi kesehatan yang keliru.
  • Mendorong dokter profesional untuk aktif berbagi informasi yang valid: Kehadiran lebih banyak dokter dengan kredibilitas tinggi di media sosial dapat menjadi penyeimbang bagi informasi yang kurang akurat.

Era media sosial menuntut IDI untuk beradaptasi tanpa mengorbankan nilai-nilai luhur profesi kedokteran. IDI perlu merangkul potensi positif media sosial sambil tetap menjaga marwah dokter sebagai sosok yang terpercaya dan berpegang padaEvidence-Based Medicine. Dengan demikian, IDI dapat memastikan bahwa informasi kesehatan yang beredar di masyarakat adalah informasi yang benar dan bermanfaat, disampaikan oleh tenaga medis yang kompeten dan beretika.